Sebuah konsorsium finansial, Fairfax Financial, yang sekaligus pemegang saham terbesar BlackBerry, memang telah mengajukan perjanjian opsi pembelian aset produsen ponsel pintar itu senilai US$4,7 miliar, setara Rp53,7 triliun.
Pengajuan itu berkat ambisi dari sang Ketua dan CEO Fairfax, V Prem Watsa. Ia optimistis, transaksi yang telah disepakati itu akan menjadi babak baru bagi BlackBerry dalam upaya menolong seluruh ekosistem perusahaan.
Watsa yang disebut sebagai 'Warren Buffet'-nya Kanada menambahkan, Fairfax akan fokus memberikan solusi perusahaan yang lebih baik dan aman kepada pelanggan BlackBerry di seluruh dunia. Tapi, tunggu dulu. Siapakah Watsa?
Dilansir Cnet, Rabu 25 September 2013, Watsa dikenal memiliki rekam jejak yang bagus dalam kesepakatan akusisi perusahaan.
Miliuner itu adalah seorang imigran India yang datang ke Kanada pada 1972 silam. Sejak 1985 sampai hari ini, dia telah berubah menjadi bos Fairfax. Di bawah kendalinya, pendapatan Fairfax terus melonjak, rata-rata 19 persen tiap tahun sejak ia mendapuk pucuk pimpinan perusahaan.
Untuk diketahui, bisnis utama Fairfax yakni properti dan asuransi korban kecelakaan. Tapi, pada saat yang sama, Watsa juga melebarkan sayap saham bisnisnya di bidang lain. Dan, beberapa sudah menjadi raksasa.
Sebut saja Imvescor Restaurant Group (23,6 persen), Resolute Forest Products (25,6 persen), Arbor Memorial (39,5 persen), Ridley (73,6 persen), Prime Restaurants (81,7 persen), William Ashley (100 persen), Sporting Life (75 persen), dan Thomas Cook India (87,1 persen).
Watsa, yang menguasai setengah hak suara pada Fairfax, dikenal sejumlah analis memiliki reputasi sangat baik dalam membuat keputusan bisnis.
"Dia seorang investor yang sangat cerdas," kata analis Cormark Securities, Jeff Fenwick.
"Dia memiliki rekam jejak yang benar-benar fenomenal selama 25 tahun terakhir. Tidak semua orang yang bertransaksi bisa merencanakan itu. Dan, saya pikir dia akan mengakui bahwa investasi Blackberry belum begitu fenomenal, tapi mereka sedang mencari jalan ke luar sekarang ini," tutur Fenwick.
Sejauh ini, perjanjian Fairfax dan BlackBerry tengah berjalan untuk menjajaki penawaran yang lebih tinggi. (umi)